INDRAMAYU - Musim
hujan tapi kekeringan. Aneh, tapi kondisi itu dialami ratusan hektare sawah di
wilayah Kecamatan Kandanghaur. Penyebabnya, karena sistem irigasi sawah yang
kurang baik. Petani asal Desa Karangmulya, Wamin salah satu korbannya. Hampir
satu bau lahan sawah miliknya mengalami kekeringan. Akibatnya, bibit tanaman
padi yang sudah ditanam banyak yang mati.
“Ya beginilah nasib petani di sini. Meski musim hujan tapi
sawah-sawah kering. Coba lihat saja itu, tanahnya sampai pecah karena tidak ada
air. Tanam padi malah tumbuhnya rumput,” keluh dia kepada Radar.
Kondisi ini sangatlah kontras dengan kecamatan lain yang
ketersediaan airnya melimpah saat memasuki musim tanam rendeng. Sementara
saluran irigasi di desanya justru menyusut sehingga upaya pompanisasi pun
percuma.
Mengandalkan air hujan sangat tidak mungkin karena
belakangan curahnya tidak terlalu tinggi. Belum lagi setiap pagi hingga siang
hari, terik mentari begitu menyengat. Membuat asupan air di persawahan tidak
mencukupi.
Ketua KTNA Kecamatan Kandanghaur Waryono Batak membenarkan
derita yang dialami para petani di wilayahnya. Dia mencatat hampir 650 hektare
sawah di tiga desa yakni Karangmulya, Wirakanan dan Wirapanjunan terancam
kekeringan. “Rata-rata umur tanaman padinya 30 hari. Sekarang kondisinya
kritis,” ungkap dia.
Penyebab utamanya, jelas dia, karena minimnya debit air
irigasi yang bersumber dari Rentang dan Sumur Watu. Bahkan sejak 15 hari
terakhir tidak ada pasokan air ke bendung 21 maupun bendung Wirakanan dan
Wirapanjunan. “Gak ngerti kenapa saluran irigasi sampai kering begini,” sambung
nya.
Parahnya, tambah Waryono Batak tak hanya terancam mati layu
lantaran kurang air. Petani juga dibikin pusing tujuh keliling menyusul
merebaknya serangan hama angge-angge. Disebut pula anjing tanah, hewan pengeruk
tanah ini menyerang akar tanaman padi, merusak bahkan juga memakannya. “Kalau
saluran irigasinya masih ngadat begini, ya sudah petani kami stres semua. Rugi
besar,” ketusnya.
(radar cirebon)
No comments:
Write comment