SUBANG - Di ujung
pantai utara sebelah Barat Wilayah Kabupaten Subang, kini ada kawasan hijau
seluas 2,5 hektare. Lokasi yang tepatnya berada di Kampung Greenting, Desa
Cilamaya Girang, Kecamatan Blanakan, itu mulai ramai dikunjungi warga.
Warga mengunjunginya untuk berwisata sekaligus menimba ilmu.
Setiap pekan, terutama akhr pekan, ratusan pengunjung mayoritas pelajar dan
keluarga berdatangan ke sini. Suasana di lokasi terbilang nyaman. Penataannya
pun cukup bagus.
Di sana terdapat ratusan pohon terdiri dari puluhan jenis
pohon, area peternakan, hingga area budidaya ikan. Ada pula fasilitas outbound
untuk anak dan keluarga. Yang menantang, ada satu perahu yang pengelola untuk
mengantar pengunjung menyusuri sungai hingga ke arah laut.
Kawasan hijau itu bernama Kapal Kehati Green Think. Kata
Kehati pada nama itu sebenarnya merupakan singkatan dari Keanekaragaman Hayati.
Lokasi itu kini dikelola kelompok tani yang beranggotakan warga sekitar.
Pembangunan Green Think dilakukan atas kerja sama PT Pertamina Hulu Energi
Offshore North West Java (PHE ONWJ Pertamina) dengan Perhutani.
Awalnya, tempat ini direncanakan untuk tempat bumi
perkemahan. Namun, dalam perkembangannya kemudian berkembang menjadi lokasi
wisata edukasi, sekaligus menjadi tempat belajar pendidikan lingkungan hidup
para pelajar di sekitar lokasi.
"Dulu area di sini gersang. Tanah tidak subur. Setelah
direkayasa, sekarang bisa hijau. Awalnya banyak tanaman mati. Setelah dicoba
terus, akhirnya ada cara supaya bisa bertahan yaitu setiap pohon dibikin
gundukan tanah. Jenis tanaman juga dipilih yaitu tahan kondisi ektrem, soalnya
air di sini kandungan garamnya tinggi," kata Aruji mantan nelayan yang
kini menjadi Ketua Kelompok Tani Greenthink yang mengelola lokasi itu.
Ia mengatakan, setelah dilakukan penataan, akhirnya mulai
banyak yang datang. Awalnya sepi sekarang mulai ramai, area parkir selalu penuh
ketika akhir pekan. Kunjungan per minggu antara 300-400 orang.
Pengunjungnya pun tak hanya warga Subang. Tak sedikit datang
dari Bandung, Purwakarta, dan Karawang. Kebanyakan pengunjung bertujuan untuk
menikmati suasa atau mengetahui lebih jauh tentang berbagai jenis tanaman.
"Sekarang di sini ada 57 jenis tanaman, seperti jeruk,
mangga, ceremai, trembesi, dan cemara. Tiket green think hanya Rp 3.000,"
ujarnya.
Kehidupan nelayan dan petani
Aruji mengatakan, kini sudah ada satu unit perahu yang siap
melayani wisata susur sungai. Biaya per orangnya Rp 15.000 dan bisa muat
sekitar 12 orang. "Waktu susur sungai ini 30 meenit pulang-pergi.
Wisatawan akan diajak menyusuri Sungai Cilamaya ke arah laut sejauh 1,5
kilometer dari parkiran Green Think," ujarnya.
Aruji mengaku, ia berhenti melaut sejak usia 40 tahun karena
kondisi tubuhnya sudah tak kuat melaut. Ketika ada penataan Green Think, ia
ikut bergabung dengan kelompok tani yang dibentuk tahun 2014.
"Tentunya butuh penyesuaian dari nelayan menjadi
petani. Prosesnya jauh berbeda. Nelayan sekali melaut sudah bisa dapat uang.
Kalau bertani, ada proses dan butuh waktu, hasilnya pas panen. Setelah
dijalani, akhirnya bisa cocok juga sampai sekarang," katanya.
Dia bersyukur karena penataan lokasi dilengkapi fasilitas
usaha. Dari fasilitas usaha berupa ternak domba dan bebek, budiaya ikan, serta
jamur, bisa mendapat penghasilan.
Tawaran inilah yang kemudian menarik minat anggotanya di
kelompok tani agar bisa aktif di kelompok itu. "Saat awal-awal tak ada
pemasukan. Sekarang sudah ada pemasukan bisa buat bertahan," ujarnya.
Menghidupkan kembali
Asep dari tim CSR/community development PHE ONWJ, mengatakan
lokasi Green Think awalnya memenuhi kebutuhan kwartir ranting pramuka, yaitu
bumi perkemahan di wilayah Pantura. Sebab, Bumi Perkemahan Rangga Wulung di
pusat kota jaraknya terlalu jauh dari Pantura. "Kami kemudian bekerja sama
dengan Perhutani hingga akhirnya bisa menyiapkan area bumi perkemahan seluas
2,5 hektare," ujarnya.
Ia mengatakan, bumi perkemahan itu pernah dipakai untuk
kemping 1.000 orang pramuka. Namun, daya dukung lingkungan ternyata belum
memadai, dan manfaatnya bagi masyarakat juga kurang. Lama tidak dipakai, tempat
itu malah sempat menjadi sarang tikus.
"Tahun itu kami menanam 1.600 berbagai jenis pohon di
lokasi bumi perkemahan. Namun karena belum ada yang mengelola, maka area itu
sempat telantar. Pada tahun 2014, banyak pohon mati, hanya 10 persen yang masih
hidup," ujarnya.
Selain itu lanjut Asep, setelah diterapkan konsep hutan
pendidikan, diarahkan menjadi laboratorium pelajaran PLH buat anak-anak
sekolah. Penataan disesuaikan dengan modul PLH, akhirnya bisa menjadi tempat
praktek siswa SD Cilamaya Girang.
"Hutan pendidikan harus ada yang mengelola, jadi kami
melibatkan masyarakat sekitar, membentuk Kelompok Tani Green Think. Jadilah
mereka yang mengelola sekarang," katanya.
Selain itu, diterapkan pertanian terpadu yang dirintis untuk
membuat usaha berbasis pertanian sehingga ada pemasukan bagi kelompok tani.
"Jadi pemasukan bagi kelompok bertambah, dari usaha dan penjualaan tiket
masuk, memang belum maksimal karena ini masih baru," ujarnya.
Terlepas dari itu semua, hadirnya Kapal Kehati Green Think
di Blanakan, menambah objek wisata yang bisa dikunjungi di Kabupaten Subang.
Karena berbasis pendidikan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, maka
keberadaannya diharapkan akan memberikan manfaat bagi lebih banyak orang.
(pikiran rakyat)
No comments:
Write comment