-->
Banner

Sunday, December 17, 2017

Sejarah Jatuhnya Indramayu Ke Tangan Penjajah Belanda

 

Pendopo Indramayu tahun 1926
INDRAMAYU - Jatuhnya Indramayu secara keseluruhan ke tangan penjajah Belanda terjadi pada tahun 1813 Masehi. Persis setelah selesainya pemberontakan Bagus Rangin.

Jatuhnya Indramayu ke tangan Belanda bukan akibat peperangan antar keduanya melainkan akibat dari pemberontakan rakyat terhadap pemerintah Indramayu yang dianggap tidak becus dalam memerintah, para Adipati dan pembesar-pembesar Indramayu cenderung saling berebut kuasa, dan korup sehingga kemudian menyulut rakyat tuk melakukan pemberontakan.

Adapun kisah mengenai latar belakang dikuasainya Indramayu oleh Belanda dapat dipaparkan sebagimana berikut:

Dikisahkan ketika Indramayu dipimpin oleh Raden Sawerdi yang bergelar Wiralodra III, kondisi Indramayu terbilang fakum.

Beliau mempunya empat orang anak 2 orang laki-laki kembar yang diberi nama Raden Benggala dan Raden Benggali, anak ke tiga berjenis kelamin perempuan yang kelak di perisitri oleh Raden Singawijaya, sedangkan anak terakhir berjenis klamin laki-laki yang diberi nama Wangsa Winata.

Ketika Wiralodra III meninggal dunia, rupanya beliau tidak mewasiatkan siapa yang kelak menduduki jabatan Adipati Indramayu, maka dengan demikian kemudian para pembesar Indramayu merencanakan untuk mengangkat anak tertua yakni Raden Benggala menjadi Adipati Indramayu menggantikan ayahnya.

Merasa lebih pintar dan cakap ketimbang kakaknya, Raden Benggali brontak atas rencana pengangkatan kakaknya sebgai Adipati Indramayu tersebut, Raden Benggali menyatakan dirinyalah yang pantas mengemban jabatan Adipati Indramayu pengganti bapaknya, dengan keadaan seperti itu kemudian terjadilah keributan di Indramayu, yang menimbulkan gesekan-gesekan sesama keluarga keadipatian Indramayu dan bahkan hampir saja terjadi perang saudara.

Oleh sebab itulah demi terciptanya kedamaian di Indramayu, para punggawa dan pembesar Keadipatian Indramayu menunda pelantikan Adipati Indramayu yang baru, pada masa ini terjadi kekosongan pemerintahan di Indramayu selama lima bulan.

Melihat keadaan Indramayu yang kacau, penjajah Belanda di Batavia (Jakarta) memanfatkan suasana, penjajah Belanda mengirimkan seorang komandan satuan militer Belanda yang bernama Van Den Bosh untuk menawarkan persaabatan dan penyelesaian masalah.

Berdasarkan utusan Belanda disepakatilah antara kedua belah pihak, jika keduanya layak menduduki tahta Adipati Indramayu, dalam hasil kesepakatan tersebut dinyatakan Raden Benggala tetap dilantik sebagai adipati Indramayu selama 3 tahun, sementara itu setelah 3 tahun selanjutnya kemudian Raden Benggala diharuskan dengan sukarela menyerahkan jabatanya ke adiknya Raden Benggali.

Selain itu diputuskan juga selama Raden Benggala menjadi Adipati Indramayu, selanjutnya Raden Benggali diasingkan ke Batavia menunggu masa pergantian jabatan yang selama tiga tahun tersebut.

Setelah peristiwa kesepakatan tersebut kemudian Raden Benggala dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan Gelar Wiralodra IV. Selama pemerintahan Wiralodra IV ini pemerintahan Indramayu cenderung tidak stabil, para punggawa dan pembesar Indramayu terkotak-kotak ada yang pro Raden Benggali dan Pro Raden Benggala, sementara Raden Benggala selalu was-was dalam memerintah karena mengemban jabatan yang sementara, dengan keadaan seperti itu kemudian Raden Benggala menghabiskan masa-masa pemerintahanya dengan memperdalam ajaran agama.

Setelah 3 tahun memerintah, kemudian tibalah waktunya pergantian kekuasaan, Raden Benggali kemudian dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan gelar Singalodra, gelar ini menyalahi gelar-gelar Adipati Indramayu yang telah ada (Wiralodra) adapun pengambilan nama gelar tersebut diambil dari Ayah Raden Wiralodra (wiralodra I) yang bernama Singalodra seorang penguasa (Tumenggung) Bagelen.

Setelah pengangkatan Raden Benggali sebagai Adipati Indramayu baru, kemudian Raden Benggala bertolak ke Cirebon bersama anaknya Raden Kertawijaya dan pada nantinya Raden Benggala diberi jabatan oleh Sultan Cirebon untuk menjadi Guru Agama bagi para pangeran di Kesultanan Cirebon. Sementara anaknya Raden Kertawijaya dijadikan penguasa di Panjunan.



Pada masa pemerintahan Raden Benggali, Indramayu sepertinya sudah dikendalikan Belanda, segala kebijkan pemerintahan menuruti ide-ide maupun saran Belanda. Rakyat Indramayu tidak senang dengan keadaan ini.

Namun demikian ternyata takdir berkata lain, Raden Benggali ternyata hanya memerintah selama tiga bulan saja, karena setelah tiga bulan memerintah Indramayu ternyata beliau kemudian meninggal.

Selanjutnya setelah Raden Benggali meninggal atas usulan Belanda yang menggantikan kedudukan sebagai Adipati Indramayu adalah Raden Semaun, anak dari Raden Menggali.

Raden Semaun kemudian dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan Gelar Wiralodra V, Raden Semaun dalam urusan gelar bertolak belakang dengan pendapat ayahnya yang memilih gelar Singalodra.

Pada masa pemerintahan Wiralodra V, Indramayu secara politik benar-benar sudah dikendalikan Belanda, segala kebijakan pemerintahan menurut pada Belanda.

Sebab itulah dalam masa pemerintahan Wiralodra V Indramayu terbilang kacau, rakyat mulai muak terhadap Adipati karena dianggap sebagai tangan kanan Penjajah Belanda yang banyak merugikan rakyat.

Pada masa Pemerintahan Wiralodra V inilah, di wilayah Cirebon muncul pemberontakan yang dimotori oleh Bagus Rangin dan Bagus Serit seorang pejuang ulama kenamaan asal Bantar Jati (Majalengka) yang menentang kesemena-menaan Pemerintah Indramayu-Cirebon dan juga menentang campur tangan Belanda dalam pemerintahan.

Perjuangan Bagus Rangin dan Bagus Serit kemudian ternyata mendapat dukungan dari rakyat Indramayu, dalam pemberontakan tersebut direncanakan pengambil alihan Indramayu dari tangan Wiralodra V.

Bagus Rangin memiliki ribuan pejuang yang tangguh, diantara para pemimpin pasukan per satuan tempur yang terkenal adalah Bagus Kandar, bagus Sura Persada, Bagus Leja dan Bagus Sena.

Rencana penaklukan Indramayu dibawah Komando Bagus Rangin disusun dengan matang, namun demikian ternyata rencana penyerangan ini dibocorkan oleh seorang wanita benama Nyi Jaya.

Nyi Jaya melaporkan kepada Wiralodra V, jika bagus Rangin berencana menaklukan dan mengambil alih Indramayu dari kekuasaanya.

Atas jasanya memberikan informasi penting tersebut kemudian Wiralodra V menganugrahi gelar kehormatan kepadia Nyi Jaya dengan gelar Nyi Resik Jaya, yang bermaksud seorang yang bersih hatinya.

Menghadapi pemberontakan Bagus Rangin, Wiralodra V mengutus Patih Astanaya untuk memadamkan pemberontakan dengan ribuan bala tentara Indramayu.

Dalam pertempuran tersebut kemudian Tentara Indramayu berhasil dikalahkan oleh para Pemberontak dan bahkan Patih Astanaya dalam peristiwa tersebut terbunuh.

Setelah terbunuhnya ribuan tentara Indramayu dan Patihnya itu, para pemberontak yang dipimpin Bagus Rangin kemudian menuju Indramayu untuk sesegera mungkin menaklukan Indramayu.

Menghadapi hal yang mendesak tersebut, kemudian Wiralodra V meminta batuan Belanda untuk memadamkan pemberontakan tersebut.

Tidak selang beberapa lama, kemudian Belanda yang pada waktu itu dikepalai oleh Gubernur Jendra Deandles mengirimkan ribuan serdadunya ke Indramayu guna membantu Indramayu dalam menumpas pemberontakan.

Ribuan Pemberontak Vs Tentara Indramayu yang dibantu Belanda kemudian turun dalam medan pertempuran, karena perlengkapan militer dari Pihak Indramayu yang dibantu Belanda lebih unggul maka kemudian pemberontakan tersebut pada akhirnya dapat di tumpas.

Kegagalan Bagus Rangin dalam merebut Indramayu tersebut kemudian pada akhirnya memaksa Bagus Rangin untuk mundur dan membangun markas baru disebuah desa yang bernama Kedongdong (Sekarang masuk Wilayah Susukan Cirebon).

Setelah peristiwa penyerbuan Indramayu yang dapat digagalkan oleh Belanda tersebut, Indramayu kembali tenang namun demikian, sebagai ganti dari pasukan Belanda yang diterjunkan membantu Indramayu dalam menumpas pemebrontakan, Belanda meminta ongkos perang terhadap Wiralodra V sebesar 11.000 Ponsterling (Sebelas Ribu Ponsterling) dengan segera dibayar lunas.

Dan karena pada masa-masa itu, Indramayu jutuh miskin akibat huru-hara dan biyaya perang, maka Wiralodra pun pada nantinya tidak sanggup membayar ongkos perang tersebut. Mulailah setelah itu kemudian Wiralodra V menyerahkan Indramayu dalam genggaman kekuasaan Penjajah Belanda. Maka mulai setelah itulah resmilah Indramayu menjadi bagian kekuasaan Belanda yang berpusat di Batavia. Kejadian tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 1813 Masehi.

Daftra Pustaka:
Tarmidi, 2011. Sejarah Indramayu. Bandung: Ricchard Hanafi Pustaka
Dasuki, 1975. Sejarah Indramayu. Indramayu: Pemkakb Indramayu   
Translit Naskah Kulit Menjangan

Translit Naskah (Lontar) Babad Dermayu

Show comments
Hide comments
No comments:
Write comment

Back to Top