![]() |
Pendopo Indramayu tahun 1926 |
INDRAMAYU - Jatuhnya
Indramayu secara keseluruhan ke tangan penjajah Belanda terjadi pada tahun 1813
Masehi. Persis setelah selesainya pemberontakan Bagus Rangin.
Jatuhnya Indramayu ke tangan Belanda bukan akibat peperangan
antar keduanya melainkan akibat dari pemberontakan rakyat terhadap pemerintah
Indramayu yang dianggap tidak becus dalam memerintah, para Adipati dan
pembesar-pembesar Indramayu cenderung saling berebut kuasa, dan korup sehingga
kemudian menyulut rakyat tuk melakukan pemberontakan.
Adapun kisah mengenai latar belakang dikuasainya Indramayu
oleh Belanda dapat dipaparkan sebagimana berikut:
Dikisahkan ketika Indramayu dipimpin oleh Raden Sawerdi yang
bergelar Wiralodra III, kondisi Indramayu terbilang fakum.
Beliau mempunya empat orang anak 2 orang laki-laki kembar
yang diberi nama Raden Benggala dan Raden Benggali, anak ke tiga berjenis
kelamin perempuan yang kelak di perisitri oleh Raden Singawijaya, sedangkan
anak terakhir berjenis klamin laki-laki yang diberi nama Wangsa Winata.
Ketika Wiralodra III meninggal dunia, rupanya beliau tidak
mewasiatkan siapa yang kelak menduduki jabatan Adipati Indramayu, maka dengan
demikian kemudian para pembesar Indramayu merencanakan untuk mengangkat anak
tertua yakni Raden Benggala menjadi Adipati Indramayu menggantikan ayahnya.
Merasa lebih pintar dan cakap ketimbang kakaknya, Raden
Benggali brontak atas rencana pengangkatan kakaknya sebgai Adipati Indramayu
tersebut, Raden Benggali menyatakan dirinyalah yang pantas mengemban jabatan
Adipati Indramayu pengganti bapaknya, dengan keadaan seperti itu kemudian
terjadilah keributan di Indramayu, yang menimbulkan gesekan-gesekan sesama
keluarga keadipatian Indramayu dan bahkan hampir saja terjadi perang saudara.
Oleh sebab itulah demi terciptanya kedamaian di Indramayu,
para punggawa dan pembesar Keadipatian Indramayu menunda pelantikan Adipati
Indramayu yang baru, pada masa ini terjadi kekosongan pemerintahan di Indramayu
selama lima bulan.
Melihat keadaan Indramayu yang kacau, penjajah Belanda di
Batavia (Jakarta) memanfatkan suasana, penjajah Belanda mengirimkan seorang
komandan satuan militer Belanda yang bernama Van Den Bosh untuk menawarkan
persaabatan dan penyelesaian masalah.
Berdasarkan utusan Belanda disepakatilah antara kedua belah
pihak, jika keduanya layak menduduki tahta Adipati Indramayu, dalam hasil
kesepakatan tersebut dinyatakan Raden Benggala tetap dilantik sebagai adipati
Indramayu selama 3 tahun, sementara itu setelah 3 tahun selanjutnya kemudian
Raden Benggala diharuskan dengan sukarela menyerahkan jabatanya ke adiknya
Raden Benggali.
Selain itu diputuskan juga selama Raden Benggala menjadi
Adipati Indramayu, selanjutnya Raden Benggali diasingkan ke Batavia menunggu
masa pergantian jabatan yang selama tiga tahun tersebut.
Setelah peristiwa kesepakatan tersebut kemudian Raden
Benggala dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan Gelar Wiralodra IV. Selama
pemerintahan Wiralodra IV ini pemerintahan Indramayu cenderung tidak stabil,
para punggawa dan pembesar Indramayu terkotak-kotak ada yang pro Raden Benggali
dan Pro Raden Benggala, sementara Raden Benggala selalu was-was dalam
memerintah karena mengemban jabatan yang sementara, dengan keadaan seperti itu
kemudian Raden Benggala menghabiskan masa-masa pemerintahanya dengan
memperdalam ajaran agama.
Setelah 3 tahun memerintah, kemudian tibalah waktunya
pergantian kekuasaan, Raden Benggali kemudian dilantik menjadi Adipati
Indramayu dengan gelar Singalodra, gelar ini menyalahi gelar-gelar Adipati
Indramayu yang telah ada (Wiralodra) adapun pengambilan nama gelar tersebut
diambil dari Ayah Raden Wiralodra (wiralodra I) yang bernama Singalodra seorang
penguasa (Tumenggung) Bagelen.
Setelah pengangkatan Raden Benggali sebagai Adipati
Indramayu baru, kemudian Raden Benggala bertolak ke Cirebon bersama anaknya
Raden Kertawijaya dan pada nantinya Raden Benggala diberi jabatan oleh Sultan
Cirebon untuk menjadi Guru Agama bagi para pangeran di Kesultanan Cirebon.
Sementara anaknya Raden Kertawijaya dijadikan penguasa di Panjunan.
Pada masa pemerintahan Raden Benggali, Indramayu sepertinya
sudah dikendalikan Belanda, segala kebijkan pemerintahan menuruti ide-ide
maupun saran Belanda. Rakyat Indramayu tidak senang dengan keadaan ini.
Namun demikian ternyata takdir berkata lain, Raden Benggali
ternyata hanya memerintah selama tiga bulan saja, karena setelah tiga bulan
memerintah Indramayu ternyata beliau kemudian meninggal.
Selanjutnya setelah Raden Benggali meninggal atas usulan
Belanda yang menggantikan kedudukan sebagai Adipati Indramayu adalah Raden
Semaun, anak dari Raden Menggali.
Raden Semaun kemudian dilantik menjadi Adipati Indramayu
dengan Gelar Wiralodra V, Raden Semaun dalam urusan gelar bertolak belakang
dengan pendapat ayahnya yang memilih gelar Singalodra.
Pada masa pemerintahan Wiralodra V, Indramayu secara politik
benar-benar sudah dikendalikan Belanda, segala kebijakan pemerintahan menurut
pada Belanda.
Sebab itulah dalam masa pemerintahan Wiralodra V Indramayu
terbilang kacau, rakyat mulai muak terhadap Adipati karena dianggap sebagai
tangan kanan Penjajah Belanda yang banyak merugikan rakyat.
Pada masa Pemerintahan Wiralodra V inilah, di wilayah
Cirebon muncul pemberontakan yang dimotori oleh Bagus Rangin dan Bagus Serit seorang
pejuang ulama kenamaan asal Bantar Jati (Majalengka) yang menentang
kesemena-menaan Pemerintah Indramayu-Cirebon dan juga menentang campur tangan
Belanda dalam pemerintahan.
Perjuangan Bagus Rangin dan Bagus Serit kemudian ternyata
mendapat dukungan dari rakyat Indramayu, dalam pemberontakan tersebut
direncanakan pengambil alihan Indramayu dari tangan Wiralodra V.
Bagus Rangin memiliki ribuan pejuang yang tangguh, diantara
para pemimpin pasukan per satuan tempur yang terkenal adalah Bagus Kandar,
bagus Sura Persada, Bagus Leja dan Bagus Sena.
Rencana penaklukan Indramayu dibawah Komando Bagus Rangin
disusun dengan matang, namun demikian ternyata rencana penyerangan ini
dibocorkan oleh seorang wanita benama Nyi Jaya.
Nyi Jaya melaporkan kepada Wiralodra V, jika bagus Rangin
berencana menaklukan dan mengambil alih Indramayu dari kekuasaanya.
Atas jasanya memberikan informasi penting tersebut kemudian
Wiralodra V menganugrahi gelar kehormatan kepadia Nyi Jaya dengan gelar Nyi
Resik Jaya, yang bermaksud seorang yang bersih hatinya.
Menghadapi pemberontakan Bagus Rangin, Wiralodra V mengutus
Patih Astanaya untuk memadamkan pemberontakan dengan ribuan bala tentara
Indramayu.
Dalam pertempuran tersebut kemudian Tentara Indramayu
berhasil dikalahkan oleh para Pemberontak dan bahkan Patih Astanaya dalam
peristiwa tersebut terbunuh.
Setelah terbunuhnya ribuan tentara Indramayu dan Patihnya
itu, para pemberontak yang dipimpin Bagus Rangin kemudian menuju Indramayu
untuk sesegera mungkin menaklukan Indramayu.
Menghadapi hal yang mendesak tersebut, kemudian Wiralodra V
meminta batuan Belanda untuk memadamkan pemberontakan tersebut.
Tidak selang beberapa lama, kemudian Belanda yang pada waktu
itu dikepalai oleh Gubernur Jendra Deandles mengirimkan ribuan serdadunya ke
Indramayu guna membantu Indramayu dalam menumpas pemberontakan.
Ribuan Pemberontak Vs Tentara Indramayu yang dibantu Belanda
kemudian turun dalam medan pertempuran, karena perlengkapan militer dari Pihak
Indramayu yang dibantu Belanda lebih unggul maka kemudian pemberontakan
tersebut pada akhirnya dapat di tumpas.
Kegagalan Bagus Rangin dalam merebut Indramayu tersebut
kemudian pada akhirnya memaksa Bagus Rangin untuk mundur dan membangun markas
baru disebuah desa yang bernama Kedongdong (Sekarang masuk Wilayah Susukan
Cirebon).
Setelah peristiwa penyerbuan Indramayu yang dapat digagalkan
oleh Belanda tersebut, Indramayu kembali tenang namun demikian, sebagai ganti
dari pasukan Belanda yang diterjunkan membantu Indramayu dalam menumpas
pemebrontakan, Belanda meminta ongkos perang terhadap Wiralodra V sebesar
11.000 Ponsterling (Sebelas Ribu Ponsterling) dengan segera dibayar lunas.
Dan karena pada masa-masa itu, Indramayu jutuh miskin akibat
huru-hara dan biyaya perang, maka Wiralodra pun pada nantinya tidak sanggup
membayar ongkos perang tersebut. Mulailah setelah itu kemudian Wiralodra V
menyerahkan Indramayu dalam genggaman kekuasaan Penjajah Belanda. Maka mulai
setelah itulah resmilah Indramayu menjadi bagian kekuasaan Belanda yang
berpusat di Batavia. Kejadian tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 1813
Masehi.
Daftra Pustaka:
Tarmidi, 2011. Sejarah Indramayu. Bandung: Ricchard Hanafi
Pustaka
Dasuki, 1975. Sejarah Indramayu. Indramayu: Pemkakb
Indramayu
Translit Naskah Kulit Menjangan
Translit Naskah (Lontar) Babad Dermayu
No comments:
Write comment