ISTANBUL --
Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron akan bekerja
sama untuk membujuk Amerika Serikat (AS) mencabut keputusan terkait status
Yerusalem. Kerja sama kedua kepala negara itu dilakukan melalui sambungan
telepon.
Seperti dinukil laman Reuters, Ahad (10/12) kedua kepala
negara itu sepakat keputusan Presiden Donald Trump meningkatkan kekhawatiran di
timur tengah. Prancis dan Turki sepakat untuk bekerja sama agar AS
mempertimbangkan kembali kepusan tersebut.
Amerika Serikat mengakui secara sepihak Yerusalem sebagai
Ibu Kota Israel. Trump berencana memindahkan kedutaan besar dari Tel Aviv ke
Yerusalem meskipun mendapat kecaman lantas sudah melanggar kesepakatan
internasional.
Erdogan kabarnya juga sudah melakukan pembicaraan dengan
presiden Kazakhstan, Lebanon dan Azerbaijan membahas masalah tersebut. Dia juga
meminta pertemuan mendadak negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di
Turki pekan depan.
Keputusan sepihak Trump juga mendapat tentangan dari
negara-negara Eropa dalam sidang dewan keamanan PBB. Prancis, Italia, Jerman,
Inggris dan Swedia merupakan negara yang mempertanyakan upaya AS dalam
mewujudkan perdamaian di timur tengah.
Sementara, gelombang protes yang menentang keputusan sepihak
Trump muncul dari berbagai belahan dunia semisal Iran, Jordania, Tunisia,
Somalia, Yaman, Malaysia termasuk Indonesia. Status Yersusalem merupakan
merupakan salah satu tantangan dalam mewujudkan kesepakatan damai antara
Palestina dan Israel.
(republika)
No comments:
Write comment